Nikmat


Mengeluh, sepertinya anda melupakan ayat yang diulang 31 kali di Ar Rahman

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
"Then, which of blessing of your Lord will you both deny? "

Kecenderungan manusia adalah meminta, memanjakan diri. Namun jika kita berfikir dalam sudut pandang berlawanan, dan dalam konsepsi cermin, bukan meminta namun memberi akan menjadikan arti lebih dalam. Berpikir reverse , bukan meminta orang lain memahami kita, maka pahamillah orang lain. Dalam konsep ketuhanan akkan berlaku hal yang sama. Bukan menuntut terkabulnya doa, namun lihat amal yang kita perbuat. Ingatkah ketika Rasulullah makhluk mulia dan terbebas dari dosa tetap beribadah seraya berkata "tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur". 

Sebuah peristiwa, "tidak capai apa sedari pagi kau ke masjid, siang, malam" / "emm, oksigen di rumah sakit jika beli berapa? mahal bukan? kita setiap hari menikmatinya gratis, operasi mata? telinga? mahal pula, setiap hari kita bisa melihat dengan normal, mendengar dengan jelas, tidakkah engkau malu terhadapNya yang memberi secara gratis? "
ya Jleb, benar benar jleb.

Senada, dalam Majelis Jejak Nabi, beliau ustadz Salim berkata, kurang lebih
"karena kita setiap hari melihat kita lupa akan nikmat itu
 Karena setiap hari kita mendengar maka kita lupa nikmat mendengar
 karena setiap hari kita makan, minum, maka kita lupa akan nikmat itu
 biasaya Allah mengingatkan dengan sakit"

Kepada seseorang yang telah memberi, mentraktir, kita akan berlaku baik dan akan malu bila berperilaku kasar , apalagi terhadap zat maha Pemurah.

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih"." QS Ibrahim 7

Comments

Popular posts from this blog

Pemanfaatan dan Potensi Biomassa di Indonesia

Imperial dramon !

Nguri uri