Dan aku disentil Allah
Jum'at 19/4/2013
Sabtu 20/4/2013
Dua hari dimana aku merasakan bagaimana disentil. Sehari sebelumnya bertempat di masjid jogokaryan.
Dipaparkan oleh beliau ustadz Salim akan pentingnya musyawarah, bahkan seorang alim dengan nama yang penulis lupa menuliskan bahwasanya,
Masalah akan musyawarah ini disinggung dalam peristiwa perang Uhud dan dalam surat Ali Imran 159
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya"
Sehari setelahnya , dalam sebuah acara, rencana acara. Dibatalkan hanya karena massa yang tidak begitu banyak dan pemikiran Egois Bahrul. Ya, dengan mempertimbangkan sendiri dari aspek dan sudut pandang sendiri, Bahrul memetuskan menunda acara tersebut, sementara di pihak lain responden berkata sebaliknya. Dan sebuah peristiwa langsung mengingatkan bahrul akan kesalahan dan kedhaifan seorang Bahrul dalam menimbang suatu perkara, disinilah mental seorang decision maker harus dimiliki yang mana mental tersebut belum dimiliki seorang Bahrul. Ya, istighfarpun dipanjatkan. Segala Puji bagiNya, dengan menimbang dari responden dan acara pun dibatalkan untuk dibatalkan. Bisa dibilang sukses. Disinilah Dia mengingatkanku.
Sabtu
“Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian dalam keadaan kalian tidak mengetahui apa-apa, dan Allah menciptakan untuk kalian pendengaran, penglihatan, dan hati mudah-mudahan kalian bersyukur (kepada-Nya).” (QS. an-Nahl : 78).
Sabtu 20/4/2013
Dua hari dimana aku merasakan bagaimana disentil. Sehari sebelumnya bertempat di masjid jogokaryan.
Dipaparkan oleh beliau ustadz Salim akan pentingnya musyawarah, bahkan seorang alim dengan nama yang penulis lupa menuliskan bahwasanya,
"keputusan musyawarah yang keruh/salah lebih baik dari keputusan individu yang benar"
Masalah akan musyawarah ini disinggung dalam peristiwa perang Uhud dan dalam surat Ali Imran 159
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya"
Sehari setelahnya , dalam sebuah acara, rencana acara. Dibatalkan hanya karena massa yang tidak begitu banyak dan pemikiran Egois Bahrul. Ya, dengan mempertimbangkan sendiri dari aspek dan sudut pandang sendiri, Bahrul memetuskan menunda acara tersebut, sementara di pihak lain responden berkata sebaliknya. Dan sebuah peristiwa langsung mengingatkan bahrul akan kesalahan dan kedhaifan seorang Bahrul dalam menimbang suatu perkara, disinilah mental seorang decision maker harus dimiliki yang mana mental tersebut belum dimiliki seorang Bahrul. Ya, istighfarpun dipanjatkan. Segala Puji bagiNya, dengan menimbang dari responden dan acara pun dibatalkan untuk dibatalkan. Bisa dibilang sukses. Disinilah Dia mengingatkanku.
Sabtu
“Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian dalam keadaan kalian tidak mengetahui apa-apa, dan Allah menciptakan untuk kalian pendengaran, penglihatan, dan hati mudah-mudahan kalian bersyukur (kepada-Nya).” (QS. an-Nahl : 78).
Dalam suatu kesempatan, beliau guru agama Bahrul pernah berkata, "ketika anda tidak mempunyai pengelihatan dan pendengaran, apa yang anda lakukan?". Sontak semua diam, semua yang mendengarkan apa yang telah terucap dari seorang guru. Karena layaknya sebuah kelas, anak ramai itu pasti ada.
Mungkin disebabkan sebuah perkara kufur, sebuah peristiwa sesaat setelah membersihkan telinga. Seorang bahrul kehilangan pendengaran di telinga kirinya. Panik merupakan hal pasti, bingung. Di tengah kebingungan kemudian agak tersandung. Dari situlah teringat akan Ayat 78 An Nahl. Ya, kembali aku diingatkan, Segala Puji Baginya. Setelah menyadari bagaimana kuasa manusia tidak berarti apa apa bila dibanding dengan kuasanya, panik dan bingung merupakan hal yang konyol. Dunia seisinya ini jika dipikir milik siapaa, ya hanya milikNyalah. Iyya kana' budu wa iyya ka nas ta 'iin. Alhamdulillah kembali bisa mendengar sesaat setelah sujud rakaat ke 3 shalat dzuhur.
Rabu 24/4/2013. Dibawakan ke dokter karena sakit telinga kiri kambuh. Dengan pertolongan dokter dan KuasaNya lah. alhamdulillah tidak mengalami masalah lagi. Dan serahkanlah perkara itu kepada ahlinya, karena jika tidak maka akan ada kehancuran, riwayat hadistnya penulis lupa, penulis tidak berani berspekulasi juga akan bunyi hadistnya.
Comments
Post a Comment