Tuesday, February 9, 2016

Sore itu, Kami

Sore hari ini aku berjalan ke penjuru kota. Aku tidak ada niatan khusus hari ini, hanya ingin berjalan sembari menenangkan pikiran. Sejak siang tadi aku merasa ada beberapa pikiran yang kurang jernih dan tenang, sekarang waktu yang tepat kupikir, untuk berjalan santai meninggalkan hiruk pikuk keramaian. Saat kunikmati headset bersama lagu yang menurutku menyenangkan, ada seseorang menuju kearahku. Aku sedang berada di jembatan Kewek dan kudapati seorang dengan pawakan proporsional, mata biru dan berambut pirang, dia tersesat kupikir. Aku tetap tidak menghiraukan langkah, aku tetap duduk mengamati aliran code dan kendaraan. Dalam hening, 

"Enshuldigung, Heute Nachmittag ich habe zu fuss in die Ecke der Stadt. Ich habe keine besondere Absicht, ich moechte nur zu fus, waerend beruhigende meinem Kopf

wanita pirang tersebut membuka percakapan yang memecah keheningan.

Meski aku saat ini terbiasa dengan percakapan Jerman, akan lebih baik jika menggunakan bahasa pemersatu dari tanah britania.

“ada yang bisa kubantu?” 

“perkenalkan, nama saya Elli, saya baru disini, dan saya ingin menuju ke sini, apakah kau tahu jalan menuju daerah ini ?” Katanya sambil menyodorkan sebuah kertas hasil print dari internet, berupa destinasi wisata di jogja. 

“Oh, ini prawirotaman kan ? kamu ingin kesitu?”

“iya, itu tujuan wisata saya, namun saya tidak mengetahui bagaimana kesana dan sarana transportasinya, apakah kau tau?”

“aku tidak yakin, tapi aku sekarang sedang luang, bagaimana jika kuantar?”

“tidak usah, beritahu saja arahnya”

“kamu adalah tamu di negeriku, dan aku harus memuliakan setiap tamu, mari” aku mengajaknya turun kearah parkiran motor, untungnya aku membawa 2 helm.

“Darimana asalmu?” aku bertanya

“Saya dari Cologne, Jerman, saya sedang wisata disini, ini pertama kalinya saya di Jogjakarta, aku dengar disini bagus dalam hal budaya”

“oh ya, Cologne, aku pernah mendengarnya. Ya, inilah jogja, sudah berapa hari disini?”

“ini hari kedua, kemarin saya sampai dan baru hari ini saya mulai perjalanan, saya sudah mengunjungai malioboro”

“Dimana Tinggalmu?”

“Di hostel dekat stasiun”

“Bagaimana Jogja?” Kumulai pertanyaan tersebut bersamaan dengan kumulai perjalanan ke prawirotaman

“Yah, aku pikir, meski belum modern, masyarakat disini ramah dan benar kata mereka yang bercerita bahwa jogja itu kota budaya”

“ya, ngomong ngomong, ada 2 alternatif jalan menuju Prawirotaman, melewati malioboro atau jl mataram, kau ingin lewat mana?”

“Mataram saja, saya sudah ke malioboro”

“Oke, dari jembatan ini, nanti kita ke arah kanan kemudian belok kiri, nah disinilah jalan mataram. Jalan mataram ini banyak terdapat perbelanjalan kecil, dan banyak penjual CD, dan aku tahu itu bajakan, namun secara keseluruhan, disini bisa menjadi alternatif wisata jalan kaki, mengingat nanti juga akan melewati sungai code”

“oh ya, menarik sekali”

“Untuk ke prawirotaman, kita melewati jalan ini sampai ke lampu merah didepan sana. Nah dari lampu merah ini lurus hingga lampu merah berikutnya”

“ya ak mengerti sekarang, kemudian transportasi umum disini apa saja ?”

“kamu bisa menggunakan bis kota umum, trans jogja, berwarna hijau, taxi juga bisa. Ini lampu merah kedua, dari sini nanti kita akan lurus terus hingga benteng. Jalan ini lurus kemudian ada perempatan lurus lagi, dan di jalan ini lurus terus sampai jalan parangtritis, nah disini lampu merah jalan parangtritis”

“aku belum pernah sampai disini, dan ini sangat menarik, wah, hebat, disini cukup menakjubkan”

“tujuanmu dimana?”

“ Disini saja, ada temanku nanti, ah itu dia temanku, kita kesana saja”

“baiklah”

Disinilah mungkin akhir percakapan aku dengan elli, Setidaknya ini yang terdokumentasikan dia cukup bahagia dan daritadi berterimakasih sekali karena aku telah mengantarnya. Pengalaman menarik, setidaknya sore ini tidak berlalu sia sia.

26.4.2015

No comments:

Post a Comment