Sunday, June 28, 2015

Mereka ga nasionalis, ga membangun Indonesia, mereka karbitan !

Dalam sebuah kesempatan, di seminar yang membahas mengenai AEC, lupa, mungkin 1 bulan yang lalu. Bertempat di UC UGM, yang kelihatan mewah, tapi mewah juga untuk ukuran bahrul. Ga dapat makan siang sayangnya, adanya snack, snack piton, maksud aku snacknya banyak. Tapi bukan itu poinnya, seminar apapun, meski gratisan, di UC, pasti dapat makan, halal halal, santai.

Di seminar tersebut, dibahas banyak, malas sih aku neranginnya. Intinya, tentang how to face AEC, eh MEA sih kalau di bahasa kan. Masyarakat Ekonomi Asean. Pembahasan berujung, dan cukup menarik saat membahas.

"Kita tahu bahwa MEA menuntut kesiapan masyarakat Indonesia. Dan kita juga tahu bahwa orang Indonesia yang hebat justru malah ke luar negeri. Apakah hal tersebut tidak malah kontradiktif. Di satu sisi kita membutuhkan kesiapan dalam negeri, namun di sisi lain, orang pintar kita malah, katakanlah, buruknya, membangun negeri lain? Apakah hal tersebut nasionalisme ?"

Nah, saat itu, aku terbangun dari setengah sadar. Ketiduran soalnya, kirain ada coffe break, ternyata tidak, padahal udah persiapan, persiapan ga makan. Maklum, mahasiswa fakultas utara Sardjito emang rada gitu. Tapi kami macho, katanya sih, kalau kataku sih,berwibawa.

Jawaban dari pembicara, Intinya
"Saat berbicara nasionalisme, tentu tidak hanya dibatasi dengan hal-hal yang mengharuskan berada di Indonesia. Kita ambil contoh, para ilmuan hebat. Mereka memang tidak kembali ke Indonesia, untuk saat ini, karena ya di Indonesia belum ada wadahnya. Namun, satu hal yang perlu digarisbawahi, mereka diluar sana, berusaha membangun Indonesia dari sana. Hingga suatu saat nanti, mereka kembali Indonesia diharapkan dapat berdikari. Ambil contoh lain, mana yang akan dipilih, HP samsung atau HP Indonesia yang kita belum tahu kapasitasnya? tentu, jika kita berfikir dari sudut pandang terbatas akan nasionalisme, memilih HP Indonesia. Namun, kita lihat, secara functional, HP Samsung jauh lebih menjanjikan dari segala aspek. Memilih HP samsung dan digunakan untuk kemaslahatan yang luas, bagi Indonesia, juga merupakan aspek Nasionalisme"

Daripada ribut menghujat mereka yang diluar ya gais, mending kita menghujat yang di dalam. Namun kalau kataku, ga mending semua, menghujat diri sendiri atas ketidakmampuan lebih keren sih ya, bahasa gawl-nya, intropeski, namun karena edisi ramadhan, jadinya, muhasabah, kaya judul lagunya OPICK.

Dalam kesempatan lain, acara energy talk KAMASE, Komunitas Mahasiswa sok Cinta Energi~, pembicaranya, ah lupa pak siapa. Beliau memaparkan juga bahwa,
"Konsep nasionalisme, patriotisme, selama ini identik dengan para tentara. yang perlu ditekankan, nasionalisme itu seharusnya mencakup semua lapisan, semua bidang dan disiplin. Sehingga, konsep tersebut tertanam, tentu dengan pandangan yang berbeda pada setiap profesi"


Sekilas, mengenai Nasional-is-Me sih ya, aku masih sangat kecewa dengan kebijakan, ah asu lah, ada ga sih kata selain kebijakan, lha wong belum pernah bijak. Kebijakan yang hanya bualan, mbok ya riset diurusi, mobil listrik jangan dihalangi, kembangkan produk dalam negeri, perpanjang visi kedepan untuk negeri. Lah ini, udah lah, ngurangin pahala. Belajar dari India, Pakistan dan Iran (kalau eropa dan amerika, jepang singapura dll udah dari dulu) yang mengembangkan riset, teknologi, mereka sekarang hebat, ditambah, pakistan nih, keren dia, menyandingkan ILMU dan AKHLAQ. Indonesia bisa kok!

kalau kata ustadz yang di syuhada itu tuh, Umat Islam harus bersatu. Tentu kalau bersatu, Indonesia bakal hebat, yaa kalau bersatu, doakan aja, ma'bul mumpung Ramadhan.

Akhir kata, Indonesia Hebat, hesteg si VJ Daniel #DAMNILOVEINDONESIA

No comments:

Post a Comment