Wednesday, March 19, 2014

Akan kupilih golput


Sore syahdu besama sepoi angin, sebuah air dingin yang ditegak. Dibalik indahnya dan damainya sore, sebuah pesta demokrasi sedang berlangsung. Para penguasa saling bercengkrama. Kadang, berfikir, bahwa masih adakah hal yang perlu aku ingkari dari damainya sore ini. Apakah ada sebuah perubahan berarti pada saat pesta pemilihan, ah, aku pikir tiada guna aku pilih penguasa, hidupku sudah indah. Menikmati pagi bersama kopi hangat mungkin lebih logis daripada berfikir sang penguasa, akan kupilih golput.

Kasus korupsi meraja, tapi apa daya, aku hanya rakyat jelata, satu suara tiada guna, mending aku golput saja. Keadilan tidak tertegakkan, amanah yang terbengkalai, duhai raja, tidakkah kau dengar suara kami, mungkin mereka lelah, dan lagi, kupilih golput. Kutatap orangtuaku yang menua, kupikir, aku akan bekerja saja, tidak peduli penguasa, mereka sudah hina menurutku. Perseteruan umat beragama hanya gara-gara pemilu, asalkan aku bisa shalat tanpa ganggu, apa lagi yang perlu diragu untuk golput. Aku mahasiswa, belum waktunya aku pikirkan penguasa, perusahaan butuh IP> 3, tidak pernah tanyakan hak pilih, pikirku.

Adakah perubahan berarti pada saat kita gunakan hak pilih? Minoritas jarang diperhitungkan dalam konteks ‘kontinum’. Tidak pernah terbayang, Indonesia akan maju. Fase Indonesia dari orde lama, orde baru, bahkan reformasi pun, tidak ada perubahan berarti, mereka yang benar dianggap rancu. Dalam dunia keteknisan, persamaan steady, persamaan ajeg, tidak ada perubahan, seperti itulah negaraku yang menjadi ‘boneka’. Kadang, aku berfikir, aku hanya sebuah zombie, ah, yang penting aku hidup normal, akan kupilih golput. Dosenku pernah berkata, selalu perhitungan perubahan tak ajeg pada persamaan, dalam kehidupan, perubahan tersebut bisa dikatakan ‘keajaiban’ bagi mereka yang pesimis. Mahasiswa teknik, tidak pernah mengenal keajaiban setahu saya, mereka melihat ‘kesempatan’ dan ‘kemungkinan’, kadang, variable kecil, akan menentukan hasil besar. Dalam persamaan, initial condition akan menentukan output, tidak seharusnya aku merasa kecil, namun aku akan tetap golput.

Data, hal penting, sangat penting dalam keilmuan. Media, penguasa dunia saat ini, boleh jadi. Masyarakat Indonesia, saya masih, jarang berfikiran critical thinking yang sering diserukan dosen biofisika. Pemikiran kritis, sangat penting. Penyebaran isu sangat mudah, bersejata data dan media, semua berjalan lancar. Isu konspirasi para penguasa, keterlibatan para jenderal, scenario presiden dan Negara adigdaya, dibumbui data dan sejarah yang akurat, menjadi hidangan media. Lemparlah isu rekayasa, ambillah kasus efisiensi penggunaan dana pemilu, berikan data dana. Konspirasi ‘lions club’, berikan sejarah dan bukti otentik, berikan tulisan kritis nan indah. Yang terbaru, meningkatnya pasar dan saham, akibat investor asing yang tertarik menamkan modal, gegara pencalonan salah satu calon presiden, dibahas banyak dari media. Janji indah di awal, sebaran dengan pencitraan, jatuhkan dengan aib, berikan data, boomingkan media.  

Namun, aku akan tetap golput, akan kupilih golput, pada saat aku amnesia. Dalam kuliah proses, dosenku pernah menerangkan, catur karsa insinyur, ‘menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia’

-merupakan tugas kuliah Falsafah iptek yang belum selesai .__.'

No comments:

Post a Comment